TEORI TERBENTUKNYA BUMI
A.
Pengertian Bumi
Bumi terbentuk dimulai kurang
lebih 4,56 milyar tahun yang lalu dan mengalami beberapa perkembangan. Bumi
sebagai salah satu planet yang termasuk dalam sistem tata surya di alam semesta
ini tidak diam melainkan melakukan perputaran pada porosnya (rotasi) dan
bergerak mengelilingi matahari (revolusi) sebagai pusat sistem tata surya. Ilmu
yang mempelajari tentang bumi disebut geologi. Sedangkan cabang ilmu yang
mempelajari khusus mengenai materi dan proses pembentukannya baik permukaan
atau di dalam bumi disebut geologi fisik.
Proses terbentuknya bumi tidak terlepas dari proses terbentuknya tata surya kita. Dalam
perkembangannya terciptalah beberapa hipotesa tentang pembentukan bumi yang
berkesinambungan dengan hipotesa terbentuknya alam semesta.
Planet kita ini juga terdiri dari 70% air. Kira kira,
200 juta tahun yang lalu bentuk-bentuk kerak di Bumi sebagian besarnya adalah
daratan atau yang lebih dikenal dengan sebutan pangea.
Lalu beberapa juta tahun kemudian daratan tersebut
terbelah menjadi daratan besar. Yaitu laurasia (Amerika Utara, Eropa, Bagian
Asia Tengah, dan Asia Timur). Dan daratan yang lainnya adalah yondwana (Amerika
India, Australia, Amerika Selatan, dan beberapa bagian asia yang tersisa). Selanjutnya
bagian bagian dari benua besar tersebut terpecah-pecah kembali dan saling
bertabrakan dengan bagian yang lain.
Permukaan Bumi mempunyai bentuk yang saling berbeda.
Seperti lautan, daratan, gunung, dan masih banyak yang lainnya. Bumi juga
disebut sebagai planet biru karena sebagian besar kandungannya adalah air. Bumi
juga berevolusi terhadap matahari dan berotasi pada porosnya. Hal itulah yang
menyebabkan pasang surut air laut.
B.
Teori-teori terbentuknya Bumi
menurut Para Ahli
1.
Teori Big Bang (Ledakan Besar)
Berdasarkan
Theory Big Bang, proses terbentuknya bumi berawal dari puluhan milyar tahun
yang lalu. Pada awalnya terdapat gumpalan kabut raksasa yang berputar pada
porosnya. Putaran tersebut memungkinkan bagian-bagian kecil dan ringan
terlempar ke luar dan bagian besar berkumpul di pusat, membentuk cakram
raksasa. Suatu saat, gumpalan kabut raksasa itu meledak dengan dahsyat di luar
angkasa yang kemudian membentuk galaksi dan nebula-nebula (dalam bukunya Principes
Fondamentaux de Philosophie, filosof materialis George Politzer).
Selama jangka waktu lebih kurang 4,6 milyar tahun, nebula-nebula tersebut
membeku dan membentuk suatu galaksi yang disebut dengan nama Galaksi Bima
Sakti, kemudian membentuk sistem tata surya. Sementara itu, bagian ringan yang
terlempar ke luar tadi mengalami kondensasi sehingga membentuk
gumpalan-gumpalan yang mendingin dan memadat. Kemudian, gumpalan-gumpalan itu
membentuk planet-planet, termasuk planet bumi.
·
Dalam
perkembangannya, planet bumi terus mengalami proses secara bertahap hingga
terbentuk seperti sekarang ini. Ada tiga tahap dalam proses pembentukan bumi,
yaitu:
·
Awalnya,
bumi masih merupakan planet homogen dan belum mengalami perlapisan atau
perbedaan unsur.
·
Pembentukan
perlapisan struktur bumi yang diawali dengan terjadinya diferensiasi. Material
besi yang berat jenisnya lebih besar akan tenggelam, sedangkan yang berat
jenisnya lebih ringan akan bergerak ke permukaan.
·
Bumi terbagi
menjadi lima lapisan, yaitu inti dalam, inti luar, mantel dalam, mantel luar,
dan kerak bumi
Bukti penting lain bagi Big Bang adalah jumlah hidrogen dan helium di ruang
angkasa. Dalam berbagai penelitian, diketahui bahwa konsentrasi hidrogen-helium
di alam semesta bersesuaian dengan perhitungan teoritis konsentrasi
hidrogen-helium sisa peninggalan peristiwa Big Bang. Jika alam semesta tak
memiliki permulaan dan jika ia telah ada sejak dulu kala, maka unsur hidrogen
ini seharusnya telah habis sama sekali dan berubah menjadi helium.
Segala bukti meyakinkan ini menyebabkan teori Big Bang diterima oleh
masyarakat ilmiah. Model Big Bang adalah titik terakhir yang dicapai ilmu
pengetahuan tentang asal muasal alam semesta. Begitulah, alam semesta ini telah
diciptakan oleh Allah Yang Maha Perkasa dengan sempurna tanpa cacat.
2.
Teori Bintang Kembar
Teori ini dikemukakan oleh seorang ahli Astronomi R.A
Lyttleton. Menurut teori ini, galaksi berasal dari kombinasi bintang
kembar. Salah satu bintang meledak sehingga banyak material yang terlempar.
Karena bintang yang tidak meledak mempunyai gaya gravitasi yang masih kuat,
maka sebaran pecahan ledakan bintang tersebut mengelilingi bintang yang tidak
meledak itu. Bintang yang tidak meledak itu sekarang disebut dengan matahari,
sedangkan pecahan bintang yang lain adalah planet-planet yang mengelilinginya.
3.
Teori Pasang Surut Gas (Tidal)
Teori ini dikemukakan oleh James Jeans dan Harold
Jeffreys pada tahun 1918, yakni bahwa sebuah bintang besar mendekati
matahari dalam jarak pendek, sehingga menyebabkan terjadinya pasang surut pada
tubuh matahari, saat matahari itu masih berada dalam keadaan gas. Terjadinya
pasang surut air laut yang kita kenal di Bumi, ukuranya sangat kecil.
Penyebabnya adalah kecilnya massa bulan dan jauhnya jarak bulan ke Bumi (60
kali radius orbit Bumi). Tetapi, jika sebuah bintang yang bermassa hampir sama
besar dengan matahari mendekat, maka akan terbentuk semacam gunung-gunung
gelombang raksasa pada tubuh matahari, yang disebabkan oleh gaya tarik bintang
tadi. Gunung-gunung tersebut akan mencapai tinggi yang luar biasa dan membentuk
semacam lidah pijar yang besar sekali, menjulur dari massa matahari dan
merentang ke arah bintang besar itu.
Dalam lidah yang panas ini terjadi perapatan gas-gas dan akhirnya
kolom-kolom ini akan pecah, lalu berpisah menjadi benda-benda tersendiri, yaitu
planet-planet. Bintang besar yang menyebabkan penarikan pada bagian-bagian
tubuh matahari tadi, melanjutkan perjalanan di jagat raya, sehingga lambat laun
akan hilang pengaruhnya terhadap-planet yang berbentuk tadi.
Planet-planet itu akan berputar mengelilingi matahari dan mengalami proses
pendinginan. Proses pendinginan ini berjalan dengan lambat pada planet-planet
besar, seperti Yupiter dan Saturnus, sedangkan pada planet-planet kecil seperti
Bumi kita, pendinginan berjalan relatif lebih cepat.
4.
Teori Kabut (Nebula)
Sejak jaman sebelum Masehi, para ahli telah memikirkan proses terjadinya
Bumi. Salah satunya adalah teori kabut (nebula) yang dikemukakan
oleh Immanuel Kant (1755) dan Piere De Laplace(1796). Mereka
terkenal dengan Teori Kabut Kant-Laplace. Dalam teori ini dikemukakan bahwa di
jagat raya terdapat gas yang kemudian berkumpul menjadi kabut (nebula). Gaya
tarik-menarik antar gas ini membentuk kumpulan kabut yang sangat besar dan
berputar semakin cepat. Dalam proses perputaran yang sangat cepat ini, materi
kabut bagian khatulistiwa terlempar memisah dan memadat (karena pendinginan).
Bagian yang terlempar inilah yang kemudian menjadi planet-planet dalam tata
surya. Teori nebula ini terdiri dari beberapa tahap,yaitu:
·
Matahari dan
planet-planet lainnya masih berbentuk gas, kabut yang begitu pekat dan besar.
·
Kabut
tersebut berputar dan berpilin dengan kuat, dimana pemadatan terjadi di pusat
lingkaran yang kemudian membentuk matahari. Pada saat yang bersamaan materi
lainpun terbentuk menjadi massa yang lebih kecil dari matahari yang disebut
sebagai planet, bergerak mengelilingi matahari.
·
Materi-materi
tersebut tumbuh makin besar dan terus melakukan gerakan secara teratur
mengelilingi matahari dalam satu orbit yang tetap dan membentuk Susunan
Keluarga Matahari.
5.
Teori Planetisimal
Pada awal
abad ke-20, Forest Ray Moulton,
seorang ahli astronomi Amerika bersama rekannya Thomas C.Chamberlain, seorang ahli
geologi, mengemukakan teori Planetisimal Hypothesis, yang mengatakan matahari
terdiri dari massa gas bermassa besar sekali, Pada suatu saat melintas bintang
lain yang ukurannya hampir sama dengan matahari, bintang tersebut melintas
begitu dekat sehingga hampir menjadi tabrakan. Karena dekatnya lintasan
pengaruh gaya gravitasi antara dua bintang tersebut mengakibatkan tertariknya
gas dan materi ringan pada bagian tepi.
Karena
pengaruh gaya gravitasi tersebut sebagian materi terlempar meninggalkan
permukaan matahari dan permukaan bintang. Materi-materi yang terlempar mulai
menyusut dan membentuk gumpalan-gumpalan yang disebut planetisimal.
Planetisimal- Planetisimal lalu menjadi dingin dan padat yang pada akhirnya
membentuk planet-planet yang mengelilingi matahari.
6.
Teori Kontraksi (Contraction Theory)
Teori Kontraksi dikemukan oleh Rene Descrates (1596-1650). Descrates menyatakan bahwa bumi semakin lama semakin menyusut
dan mengerut karena pendinginan. Proses pendinginan ini membentuk relief
dipermukaan bumi seperti gunung, lembah, dan dataran. Pendukung teori ini
adalah James Dana (1847) dan Elie de Baumant (1852). Mereka berpendapat bahwa bumi mengalami pengerutan karena
terjadi proses pendinginan dibagian dalam bumi. Persistiwa tersebut
mengakibatkan bagian permukaan bumi mengerut membentuk pegunungan dan
lembah-lembah.
7.
Teori Dua Benua (Laurasia-Gondawana
Theory)
Teori dua benua sering dikenal dengan
teori Laurasia Gondawana. Teori ini dikemukaan olehZuess (1884). Zuess menyatakan bahwa bumi pada awalnya terdiri atas dua benua sangat
besar, Yaitu Laurasia disekitar kutub utara dan Gondawana disekitar kutub
selatan. dua benua tersebut bergerak perlahan ke arah ekuator dan terpecah
menjadi benua-benua kecil. Laurasia terpecah membentuk daratan Eropa, Asia,
Amerika Utara, dan Greenland. Gondawan terpecah membentuk menjadi Amerika
Selatan, India, Australia, Afrika, dan Antartika.
8.
Teori Apungan Benua (Continental Drift Theory)
Teori apungan benua adalah bahwa pada
awalnya di Bumi hanya ada satu benua, yaitu Pangaea, dan satuan lautan, yaitu
lautan Tethys. Pangaea terpecah menjadi beberapa benua dan bergerak. Gerak
rotasi bumi secara sentrifugal mengakibatkan benua-benua bergerak kearah barat menuju
ekuator.
9.
Teori Konveksi (Convection Theory)
Teori konveksi dikemukakan oleh oleh Arthur Holmes dan Harry H. Hess, kemudian dikembangkan oleh Robert Diesz, mereka menyatakan bahwa
didalam bumi yang sangat panas terjadi arus konveksi kearah kulit bumi. Saat
arus konveksi membawa materi lava sampai kepermukaan bumi, lava tersebut akan
membeku membentuk lapisan kulit lapisan kulit bumi yang baru. Lapisan baru
tersebut menggeser dan menggantikan kulit bumi yang lebih tua.
10.
Teori Lempeng Tektonik (Plate Tectonic Theory)
Teori ini muncul setelah Alferd Lothar Wegener seorang ahli meteorologi dan geologi dari Jerman. Wegener
mengemukakan bahwa benua yang padat sebenarnya terapung dan bergerak diatas
massa yang relatif lembek. Kerak bumi terdiri atas lempeng-lempeng tektonik
yang seolah mengapung, bergerak, bergeser diatas lapisan inti bumi yang cair,
sangat panas, dan selalu bergolak. pergolakan magma didalam bumi menyebabkan
benua-benua bergeser.
Sumber :
Ø Nurita Nada Novalia
Ø 1PA01
Ø 15516585