Rabu, 05 Oktober 2016

Laporan Tugas Ilmu Budaya Dasar

Tentang Budaya di sekitar lingkungan rumah


Nama : Nurita Nada Novalia
Kelas : 1PA01
NPM : 15516585

                Budaya adalah sikap atau kebiasaan seseorang serta kelompok yang dilakukan secara terus menerus dan turun menurun. Banyak sekali budaya yang ada di wilayah Indonesia dan di setiap wilayah mempunyai  perbedaan serta ciri khas masing-masing. Budaya dikatakan berkembang apabila seiring dengan berjalannya waktu, budaya tersebut mendapatkan akulturasi dan pencampuran budaya yang satu dengan yang lainnya. Kita, sebagai pemuda penerus bangsa, wajib memelihara dan melestarikan budaya setempat untuk menghormati para leluhur bangsa.
            Pada artikel kali ini, saya akan membahas budaya yang masih ada di llingkungan rumah saya khususnya Kota Depok baik dalam segi manapun. Kota Depok sendiri juga tidak ada sesuatu yang khas dalam segi bahasa, adat, pakaian dan lainnya karena Depok sendiri adalah percampuran antara budaya Jawa Barat dengan DKI Jakarta yang tentunya berbeda. Disini juga saya akan meminta pendapat warga sekitar terutama warga pendatang yang tentunya membawa pengaruh budaya dari daerahnya masing masing.
Menurut saya, budaya di lingkungan rumah saya masih terasa namun sudah tercampur dengan adanya teknologi sehingga budaya yang ada kadang sudah luntur aslinya. Karena daerah lingkungan rumah saya termasuk daerah perkotaan, jadi budaya yang ada juga cepat sekali diterima oleh warga sekitar tanpa diseleksi terlebih dahulu. Contohnya budaya pos ronda. Dulu, pos ronda di lingkungan saya berjalan dengan baik dan dijalankan oleh warga setiap malamnya. Tetapi sekarang seiring berkembangnya teknologi, pos ronda di lingkungan saya sudah tidak ada lagi dan dianggap kuno. Kebanyakan orang menganggap keamanan dan ketertiban kampung sudah aman dengan ramainya warga pada saat ini. Tidak seperti dahulu yang apabila sudah jam 10 malam suasana di lingkungan saya sudah sepi.
           
Sekarang, saya akan menjelaskan tanggapan warga sekitar tentang budaya di lingkungan rumah saya dengan melakukan wawancara kepada 3 orang narasumber.

Wawancara pertama saya lakukan bersama Ibu Martini. Umur beliau sekarang sudah 36 tahun, tinggal di Depok sejak tahun 2005 dengan alasan mencari pekerjaan. Ibu Martini berasal dari keturunan Jawa dengan budayanya yang masih ia lestarikan hingga sekarang yaitu bahasa. Menurutnya, bahasa sehari hari di lingkungann rumah saya sekarang tidak tau jelasnya karena sudah tercampur bahasa lain khususnya yang diucapkan para remaja. Untuk diri sendiri, Ibu Martini masih membiasakan diri dengan bahasa Jawa nya dan berkomunikasi hanya dengan orang Jawa lainnya di lingkungan saya. Namun, lama kelamaan Ibu Martini terbiasa dengan bahasa sehari hari di Depok dan lebih mengikuti bahasa tersebut dibanding bahasa Jawa nya karena sebagian besar warga tidak menggunakan bahasa daerahnya.



Selanjutnya, narasumber saya yang kedua adalah Bapak Musli. Umur beliau sekarang 42 tahun, menetap di Depok dari tahun 2000 dan yang saya bahas bersama beliau tentang adat istiadat. Contohnya perayaan hari besar. Penyambutan hari besar seperti lebaran, di lingkungan saya masih terasa ramai dan di lestarikan. Namun, ada beberapa hal yang sudah luntur contohnya di bulan puasa. Dahulu, ketika menyambut waktu sahur telah tiba biasanya pemuda di kampung berkeliling dengan membawa bedug serta pentungan untuk membangunkan warga sahur. Budaya ini sangat bagus untuk dilestarikan karena tidak menghilangkan budaya dulu. Tetapi, sekarang budaya tersebut tidak dijalankan lagi karena tidak adanya kemauan warga untuk menggerakkan budaya tersebut. Semua itu digantikan dengan teknologi canggih yang dianggap lebih efisien, yaitu alarm hp.



Narasumber saya yang ke 3 adalah Mba Widia. Beliau berumur 25 tahun dan baru menetap di Depok pada awal tahun 2016. Ia berasal dari daerah Sukabumi dan tentunya mempunyai tujuan untuk bekerja disini. Dari wawancara yang saya dapatkan dari segi budaya masakan oleh Mba Widia, menurutnya resep masakan di lingkungan saya sudah tercampur dari beberapa wilayah. Ia tidak kesulitan mendapatkan makanan khas dari daerahnya yaitu Ikan Asin disini. Berhubung di lingkungan saya banyak warga yang berasal dari luar daerah, sebab itu hampir semua masakan dari daerah tertentu ada karena budaya dan resep masakan yang dibawa oleh warga pendatang diterima baik disini. Tidak hanya dari segi masakan, tapi dari segi cara memakannya juga sudah modern. Menurut Mba Widia, di kampung halamannya cara makan disana masih menggunakan cara tradisional yaitu dengan menggunakan tangan dan jarang sekali menggunakan alat makan. Berbeda hal dengan disini, hampir semua orang sudah menggunakan alat makan yang modern.



            Dari uraian dan wawancara diatas, itu hanyalah sebagian dari budaya yang ada di lingkungan rumah saya. Masih banyak budaya lainnya yang tidak saya bahas disini. Kesimpulan yang dapat kita ambil adalah budaya harus kita lestarikan dan dijaga dengan baik agar tidak hilang oleh datangnya budaya budaya baru. Di lingkungan saya sendiri, budaya dari jaman dahulu masih dipegang teguh oleh para warga asli kampung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar