Laporan Tugas Ilmu Budaya Dasar
Tentang Budaya di sekitar lingkungan rumah
Nama : Nurita Nada Novalia
Kelas : 1PA01
NPM : 15516585
Budaya adalah sikap atau kebiasaan seseorang serta
kelompok yang dilakukan secara terus menerus dan turun menurun. Banyak sekali
budaya yang ada di wilayah Indonesia dan di setiap wilayah mempunyai perbedaan serta ciri khas masing-masing.
Budaya dikatakan berkembang apabila seiring dengan berjalannya waktu, budaya
tersebut mendapatkan akulturasi dan pencampuran budaya yang satu dengan yang
lainnya. Kita, sebagai pemuda penerus bangsa, wajib memelihara dan melestarikan
budaya setempat untuk menghormati para leluhur bangsa.
Pada artikel kali ini, saya akan
membahas budaya yang masih ada di llingkungan rumah saya khususnya Kota Depok baik
dalam segi manapun. Kota Depok sendiri juga tidak ada sesuatu yang khas dalam
segi bahasa, adat, pakaian dan lainnya karena Depok sendiri adalah percampuran
antara budaya Jawa Barat dengan DKI Jakarta yang tentunya berbeda. Disini juga
saya akan meminta pendapat warga sekitar terutama warga pendatang yang tentunya
membawa pengaruh budaya dari daerahnya masing masing.
Menurut
saya, budaya di lingkungan rumah saya masih terasa namun sudah tercampur dengan
adanya teknologi sehingga budaya yang ada kadang sudah luntur aslinya. Karena
daerah lingkungan rumah saya termasuk daerah perkotaan, jadi budaya yang ada
juga cepat sekali diterima oleh warga sekitar tanpa diseleksi terlebih dahulu.
Contohnya budaya pos ronda. Dulu, pos ronda di lingkungan saya berjalan dengan
baik dan dijalankan oleh warga setiap malamnya. Tetapi sekarang seiring
berkembangnya teknologi, pos ronda di lingkungan saya sudah tidak ada lagi dan
dianggap kuno. Kebanyakan orang menganggap keamanan dan ketertiban kampung
sudah aman dengan ramainya warga pada saat ini. Tidak seperti dahulu yang
apabila sudah jam 10 malam suasana di lingkungan saya sudah sepi.
Sekarang, saya akan menjelaskan
tanggapan warga sekitar tentang budaya di lingkungan rumah saya dengan
melakukan wawancara kepada 3 orang narasumber.
Wawancara
pertama saya lakukan bersama Ibu Martini. Umur beliau sekarang sudah 36 tahun,
tinggal di Depok sejak tahun 2005 dengan alasan mencari pekerjaan. Ibu Martini
berasal dari keturunan Jawa dengan budayanya yang masih ia lestarikan hingga
sekarang yaitu bahasa. Menurutnya, bahasa sehari hari di lingkungann rumah saya
sekarang tidak tau jelasnya karena sudah tercampur bahasa lain khususnya yang
diucapkan para remaja. Untuk diri sendiri, Ibu Martini masih membiasakan diri dengan
bahasa Jawa nya dan berkomunikasi hanya dengan orang Jawa lainnya di lingkungan
saya. Namun, lama kelamaan Ibu Martini terbiasa dengan bahasa sehari hari di
Depok dan lebih mengikuti bahasa tersebut dibanding bahasa Jawa nya karena
sebagian besar warga tidak menggunakan bahasa daerahnya.
Selanjutnya,
narasumber saya yang kedua adalah Bapak Musli. Umur beliau sekarang 42 tahun,
menetap di Depok dari tahun 2000 dan yang saya bahas bersama beliau tentang
adat istiadat. Contohnya perayaan hari besar. Penyambutan hari besar seperti
lebaran, di lingkungan saya masih terasa ramai dan di lestarikan. Namun, ada
beberapa hal yang sudah luntur contohnya di bulan puasa. Dahulu, ketika
menyambut waktu sahur telah tiba biasanya pemuda di kampung berkeliling dengan
membawa bedug serta pentungan untuk membangunkan warga sahur. Budaya ini sangat
bagus untuk dilestarikan karena tidak menghilangkan budaya dulu. Tetapi,
sekarang budaya tersebut tidak dijalankan lagi karena tidak adanya kemauan
warga untuk menggerakkan budaya tersebut. Semua itu digantikan dengan teknologi
canggih yang dianggap lebih efisien, yaitu alarm hp.
Narasumber
saya yang ke 3 adalah Mba Widia. Beliau berumur 25 tahun dan baru menetap di
Depok pada awal tahun 2016. Ia berasal dari daerah Sukabumi dan tentunya
mempunyai tujuan untuk bekerja disini. Dari wawancara yang saya dapatkan dari
segi budaya masakan oleh Mba Widia, menurutnya resep masakan di lingkungan saya
sudah tercampur dari beberapa wilayah. Ia tidak kesulitan mendapatkan makanan
khas dari daerahnya yaitu Ikan Asin disini. Berhubung di lingkungan saya banyak
warga yang berasal dari luar daerah, sebab itu hampir semua masakan dari daerah
tertentu ada karena budaya dan resep masakan yang dibawa oleh warga pendatang
diterima baik disini. Tidak hanya dari segi masakan, tapi dari segi cara
memakannya juga sudah modern. Menurut Mba Widia, di kampung halamannya cara
makan disana masih menggunakan cara tradisional yaitu dengan menggunakan tangan
dan jarang sekali menggunakan alat makan. Berbeda hal dengan disini, hampir
semua orang sudah menggunakan alat makan yang modern.
Dari
uraian dan wawancara diatas, itu hanyalah sebagian dari budaya yang ada di
lingkungan rumah saya. Masih banyak budaya lainnya yang tidak saya bahas
disini. Kesimpulan yang dapat kita ambil adalah budaya harus kita lestarikan
dan dijaga dengan baik agar tidak hilang oleh datangnya budaya budaya baru. Di
lingkungan saya sendiri, budaya dari jaman dahulu masih dipegang teguh oleh
para warga asli kampung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar